
Tren Thrifting di Indonesia: Gaya Hidup Fashion Bekas Branded yang Digemari Gen Z
◆ Awal Mula Munculnya Tren Thrifting di Indonesia
Tren thrifting di Indonesia bermula dari meningkatnya kesadaran anak muda terhadap isu lingkungan dan ekonomi. Sekitar lima tahun terakhir, toko-toko barang bekas mulai menjamur di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Awalnya thrifting dipandang sebagai aktivitas mencari pakaian murah, tapi kini sudah berubah menjadi bagian dari gaya hidup dan ekspresi diri.
Banyak Gen Z yang menganggap thrifting sebagai cara menemukan item fashion unik yang tidak dijual di pasaran umum. Mereka bisa mendapatkan jaket vintage, sepatu branded klasik, hingga tas langka dengan harga yang jauh lebih murah. Keterbatasan stok membuat setiap barang terasa eksklusif dan personal.
Peran media sosial juga sangat besar dalam mempopulerkan tren thrifting di Indonesia. Influencer fashion sering memamerkan hasil thrifting mereka di Instagram atau TikTok, membuat banyak anak muda tertarik mencoba. Bahkan muncul tren “thrift haul” di YouTube yang menampilkan pengalaman berburu barang bekas berkualitas.
◆ Thrifting Jadi Gaya Hidup Baru Anak Muda
Bagi Gen Z, tren thrifting di Indonesia bukan sekadar soal hemat, tapi tentang membangun identitas diri. Dengan padu padan kreatif, mereka bisa menciptakan gaya unik yang membedakan dari orang lain. Banyak anak muda yang bahkan menjadikan thrifting sebagai ajang mengekspresikan kreativitas lewat mix and match outfit sehari-hari.
Thrifting juga selaras dengan nilai keberlanjutan yang kini makin dipegang kuat oleh generasi muda. Dengan membeli barang bekas, mereka merasa ikut mengurangi limbah tekstil dan memperpanjang umur pakaian. Ini membuat thrifting bukan hanya gaya, tapi juga pernyataan sikap terhadap isu lingkungan.
Banyak komunitas thrifting terbentuk, baik online maupun offline. Mereka rutin mengadakan event swap market atau bazar barang bekas untuk saling bertukar koleksi. Aktivitas ini memperkuat rasa kebersamaan sekaligus memperluas jaringan sosial di kalangan pecinta fashion bekas.
◆ Dampak Ekonomi dari Tren Thrifting di Indonesia
Tren thrifting di Indonesia turut membuka peluang ekonomi baru, terutama bagi pelaku usaha kecil. Banyak anak muda yang memulai bisnis preloved fashion dari rumah, lalu berkembang menjadi toko online hingga butik fisik. Modal yang relatif kecil membuat bisnis thrifting mudah diakses siapa saja.
Selain itu, thrifting menciptakan pasar baru di sektor logistik dan e-commerce. Penjualan barang bekas branded melalui marketplace mendorong permintaan jasa pengiriman, packaging, hingga content creator untuk pemasaran.
Industri laundry dan perawatan pakaian juga ikut terdongkrak. Banyak pelaku usaha yang membuka layanan khusus mencuci, memperbaiki, dan mempercantik barang thrifting agar layak jual. Rantai ekonomi baru ini menunjukkan bahwa thrifting tidak hanya bermanfaat bagi pembeli, tapi juga bagi ekosistem bisnis yang lebih luas.
◆ Tantangan dalam Dunia Thrifting
Meski menjamur, tren thrifting di Indonesia tetap menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah soal regulasi impor barang bekas. Beberapa pelaku usaha mendatangkan barang dari luar negeri, padahal pemerintah memiliki aturan ketat soal impor pakaian bekas demi alasan kesehatan dan kualitas.
Selain itu, masih banyak masyarakat yang memandang thrifting sebagai aktivitas kelas bawah, sehingga ada stigma negatif yang melekat. Padahal kualitas barang thrifting sering kali justru lebih baik dibandingkan fast fashion baru. Edukasi publik masih perlu ditingkatkan agar pandangan ini berubah.
Masalah lain adalah isu kebersihan. Tidak semua penjual melakukan sterilisasi atau pencucian menyeluruh sebelum menjual barang. Ini bisa menurunkan kepercayaan pembeli. Karena itu, standardisasi proses pembersihan perlu diterapkan agar bisnis thrifting semakin profesional.
◆ Masa Depan Thrifting Sebagai Tren Fashion Utama
Melihat antusiasme pasar, tren thrifting di Indonesia diprediksi akan terus tumbuh. Perpaduan nilai estetika, harga terjangkau, dan kesadaran lingkungan membuatnya sangat relevan untuk generasi muda. Bahkan beberapa desainer lokal mulai menggabungkan barang thrifting ke dalam koleksi runway mereka.
Thrifting juga berpotensi menjadi bagian penting dari ekonomi sirkular. Barang bekas yang sebelumnya dianggap limbah kini memiliki nilai jual kembali, mengurangi limbah tekstil, dan menciptakan daur hidup baru untuk pakaian. Konsep ini sangat cocok untuk mendukung industri fashion yang lebih ramah lingkungan.
Dengan dukungan media sosial, marketplace, dan komunitas, thrifting bisa naik kelas menjadi salah satu pilar utama industri fashion lokal. Anak muda tidak hanya jadi konsumen, tapi juga kreator tren, kurator gaya, dan pelaku bisnis yang menggerakkan roda ekonomi fashion bekas.
Kesimpulan
◆ Thrifting: Dari Hemat Jadi Gaya Hidup
Tren thrifting di Indonesia telah berubah dari sekadar berburu pakaian murah menjadi gaya hidup yang penuh nilai: estetika, keberlanjutan, dan ekspresi diri. Gen Z menjadikan thrifting sebagai cara untuk tampil unik sekaligus peduli lingkungan.
◆ Peluang Besar untuk Fashion Lokal
Dengan potensi pasar yang terus berkembang, thrifting bisa menjadi peluang besar bagi fashion lokal. Jika didukung regulasi jelas, edukasi publik, dan standardisasi kualitas, tren ini bisa mengangkat industri fashion Indonesia ke level yang lebih kreatif, ramah lingkungan, dan kompetitif secara global.
📚 Referensi
-
Wikipedia: Thrift store